Kamis, 31 Maret 2011

Ogoh-Ogoh di Bali

Ogoh ogoh merupakan salah satu karya seni masyarakat Hindu Bali menyerupai boneka raksasa yang berwujud raksasa yang menakutkan atau Bhutakala ,terbuat dari kertas ,stereofoam dan assesories lainnya.ogoh ogoh kini menjadi ciri khas Umat Hindu Bali dalam menyambut Tahun Baru Saka.

Dalam ajaran Hindu Dharma Bhuta Kala merepresentasikan kekuatan (Bhu) alam semesta dan waktu (Kala) yang tak terukur dan mutlak.

Ogoh ogoh dibuat menjelang hari raya Nyepi(Penyepen) dan akan di arak beramai ramai atau pawai diiringi tabuh beleganjur pada saat pengerupukan yaitu sehari sebelum hari raya Nyepi. Ogoh-Ogoh diarak mengelilingi desa/jalanan untuk mengusir pengaruh roh jahat yang ada dalam diri dan lingkungan sekitar kita.

Ogoh ogoh Ini juga melambangkan keinsyafan manusia akan kekuatan alam semesta dan waktu yang maha dashyat. Kekuatan tersebut meliputi kekuatan Bhuana Agung (alam raya) dan Bhuana Alit (diri manusia). Dalam pandangan Tattwa (filsafat), kekuatan ini dapat mengantarkan makhluk hidup, khususnya manusia dan seluruh dunia menuju kebahagiaan atau kehancuran. Semua ini tergantung pada niat luhur manusia, sebagai makhluk Tuhan yang paling mulia dalam menjaga dirinya sendiri dan seisi dunia.

Selain Ogoh ogoh dalam wujud Rakshasa, yang menyeramkan Ogoh-ogoh sering pula digambarkan dalam wujud makhluk-makhluk yang hidup di Mayapada, Syurga dan Naraka, seperti: ogoh ogoh Naga, ogoh ogoh Garuda, ogoh ogoh Bidadari atau Ogoh ogoh Dewa.Bahkan juga dibuat Ogoh ogoh tokoh tokoh masa kini. Bahkan pawai ogoh ogoh dilombakan sebagai tontonan / hiburan bagi wisatawan manca negara maupun wisatawan nusantara.

Pesta ogoh-ogoh ini lebih menarik ketimbang Nyepi itu sendiri. Jadi, yang ditunggu-tunggu sebenarnya bukan Nyepi tetapi pengerupukan alias sehari sebelum Nyepi dimana pawai ogoh ogoh dilaksanakan. Itulah hari yang sering disebut sebagai Tawur Kesanga.

Juga sekarang banyak yang salah kaprah memanfaatkan fungsi ogoh-ogoh. Ogoh-ogoh dijadikan barang seni dan diarak sebagai sebuah bentuk kesenian dan menjadi tontonan. Di luar Bali, khususnya di Jakarta dan kota-kota besar, anak-anak muda membuat ogoh-ogoh untuk kepentingan ritual. Ogoh-ogoh tak diarak, hanya untuk natab caru saja.

Fenomena belakangan ini berkembang lagi ogoh-ogoh yang semakin jauh dari dunia ritual. Yakni, ogoh-ogoh kemasukan dunia bisnis dan membawa pesan sponsor. Kalau pun tidak ikut dimasuki virus bisnis, ogoh-ogoh jadi symbol untuk mengungkapkan perasaan. Ogoh ogoh Bisa mengungkapkan perasaan perorangan, bisa pula perasaan kelompok, maklum ogoh-ogoh dibuat oleh kelompok.bahkan dapat menjadi alat kampanye.

Salahkah jika masyarakat Bali mengarak ogoh-ogoh dengan berbagai simbol untuk mengungkapkan perasaan atau fenomena yang ada dalam masyarakat? Ada yang salah dan ada yang tidak. Tidak salah karena uneg-uneg masyarakat bisa dicetuskan bersama ogoh ogoh dalam suasana pesta. Itu yang menjelaskan kenapa membuat ogoh-ogoh dengan biaya mahal mudah mendapatkan dana.

Yang salah adalah simbul bhuta dalam ogoh-ogoh itu harus jelas sesuai dengan sastra Hindu. Parisada pernah memberikan rincian tentang ini, apa saja ciri-ciri symbol bhuta. Salah satunya adalah symbol yang mempunyai sifat keraksasaan. Kalau ogoh-ogoh berbentuk Arjuna atau Krisna atau Anoman tentu tak dianjurkan, karena jauh dari sifat keraksasaan. Kesalahan utama tentu saja karena ogoh-ogoh tidak dilibatkan dalam pecaruan atau tawur. Semestinya, ogoh-ogoh yang melambangkan bhutakala ini bagian inti dari ritual karena fungsinya untuk natab caru.

KOMENTAR

Menurut saya perayaan ogoh-ogoh di bali sebelum merayakan hari Nyepi itu cukup kreatif, sebab perayaan itu dapat mengingatkan peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi kepada setiap orang yang menyaksikan acara tersebut. Acara itu juga dapat menjadi wadah kreatifitas bagi orang-orang yang gemar dengan seni.